World News

Komisi Gratis | Bisnis Online Tanpa Modal

Minggu, 12 Februari 2012

Ketika Anak Marah


Ketika Anak Marah

Marah adalah jenis emosi anak yang mendominasi jenis emosi lainnya. Tidak ada anak yang tidak pernah marah, bahkan tingkah laku anak sehari – hari banyak diwarnai oleh emosi marah ini. Seperti merusak, menggigit, menggigit kuku, merengek, letupan kejengkelan, menolak pergi sekolah, lari dari rumah, buang air besar sembarangan, menangis dan mengancam.
Orang tua biasanya mengalami kesulitan menghadapi anak ketika marah, terkadang orang tua menjadi marah kepada anak yang marah. Marah anak belum tentu bisa diselesaikan oleh marahnya orang tua. Dua emosi dominan pada anak adalah marah dan takut. Permasalahan anak marah selalu disertai dengan masalah takut, seperti malu, kecemasan, rasa tidak aman, takut berpisah dan mudah tersinggung.
Dari ke dua emosi tersebut yang paling sulit dihadapi orang tua adalah ketika anak marah dibandingkan ketika anak takut. Anak yang marah sangat sulit bagi orang tua untuk menghadapinya karena langsung berhadapan dengan lingkungan. Bahkan orang tua menilai anak marah adalah anak bermasalah manakala anak takut bukan anak bermasalah.
Ketika anak marah banyak aksi yang dilakukannya seperti melalui aksi lisan berupa mengejek, mencaci, berkata jorok atau kotor, berdusta, berbohong, sedangkan aksi fisik seperti merusak, mencoret, membangkang, agresif mengancam, mencuri, mengganggu, menangis, mogok bicara dan sebagainya. Marah anak juga wujud dari keinginannya untuk diperhatikan atau tanda bagi orang tua yang kuarang memperhatikan mereka. Marah dapat muncul dari model lingkungan atau reaksi dari kebutuhan anak.
Rasa marah lebih sering muncul pada masa kanak-kanak karena rangsangan marah lebih banyak muncul pada masa kanak – kanak. Penyebab munculnya marah pada anak di antaranya adalah anak terlambat melakukan sesuatu, hambatan bisa berasal dari dirinya ( ketidak mampuan ) atau dari orang lain ( larangan ).
Dapat dibayangkan suatu situasi yang sangat memalukan ketika seorang ibu dan anaknya sedang antri di sebuah toko dengan keranjang penuh, kemudian anaknya menjerit-jerit, merengek, membanting dirinya ke lantai menendang, dan menggigit. Anda merasakan bahwa anda adalah orang tua yang tidak mampu mendidik anak dan semua orang di toko akan berfikir sama, namun orang tua harus ingat bahwa amarah itu biasa bahkan ia adalah bagian penting dalam pertumbuhan balita. Marah adalah kebiasaan anak yang sedang tumbuh untuk membangun kepercayaan dan jati diri. Marah juga memberikan kepada orang tua kesempatan untuk membantu anak belajar mengeluarkan marahnya dengan cara yang membangun.
Dan dapat juga kita bayangkan seorang kakak dengan adiknya, pada saat itu adiknya sedang belajar membuat tugas, pada saat itu si kakak melihat hasil kerja si adik dan mengejeknya. Pada saat itu si adik langsung marah dan merobek hasil kerjanya dan menangis, lalu tugas yang tadinya dibuat akhirnya ia tinggalkan.
Di sini ada beberapa cara untuk mengatasi anak yang seperti ini  di antaranya adalah :
  1. Bantulah anak untuk mengendalikan emosinya saat anda mengajarkan cara-cara yang bisa diterima untuk mengemukakan marah.
  2. Pada balita dan anak prasekolah, katakan : “ Ibu mengerti engkau marah, tidak apa-apa engkau marah, tapi menyakiti ibu itu tidak benar, gunakanlah kata-kata untuk menyatakan perasaanmu”.
  3.  Anak prasekolah yang berpikiran tentang hal-hal sihir dan khawatir bahwa pikiran jeleknya tentang seseorang akan menjadi kenyataan setelah marah berlalu, berikan pelukan hangat sehingga anak dapat mengatasi kemarahannya.
  4. Buatlah pertemuan keluarga, dan revisilah peraturan rumah di mana peraturan tersebut dapat membuat anak marah dan frustasi.
  5. Membaca Ta’awwuz dan berwudhu’ ketika marah, hal ini akan mengurangi kemarahan.
  6. Sebaiknya juga berdiam diri atau berusaha berpindah tempat ketika sedang marah.
  7. Jangan menghargai perilaku marahnya dengan memberikan perhatian yang berlebihan atau dengan cepat menyerah pada permintaan anak agar anak diam.
  8. Dengan marah, balita menyakiti dirinya sendiri, beri tahu dia atau letakkan dia di tempat bermain anak, di mana anak aman secara fisik
  9. Ketika anak tenang penuhi permohonannya atau permintaannya .
  10. Fleksibilitas itu penting untuk menunjukkan anak bahwa dia memiliki sejumlah kontrol pada dirinya.
  11. Nasehat akan lebih berguna bagi anak yang lebih tua, karena anak bisa mengerti lebih baik apa yang anda katakan, dan bahasa yang disampaikan.
  12. Setelah anak tenang dan dapat mendengar, jelaskan perilakunya. Buat lebih jelas, jika anak mengulangi lagi, maka ia akan mendapat hukuman.
  13. Hukuman tidak boleh terlalu lama.
  14. Jangan terus mengingatkan dan mengomeli anak yang marah, jika marah sudah berlalu.
  15. Anak yang berusia tiga tahun – empat tahun, tanyakan apa yang membuat anak marah, katakan padanya, tidak mengapa untuk marah, tapi tidak baik memukul atau menjerit.
  16. Anak akan lebih marah lagi ketika tidak diizinkan memilih sendiri, jadi berilah kebebasan baginya untuk memilih.
  17. Cegah marah dengan membuat rumah anda aman dan nyaman bagi anak.
  18. Coba untuk tidak membuat banyak permintaan pada anak ketika ia lelah  dan mudah tersinggung.
  19. Cobalah untuk tidak mengganggu waktu bermain anak.
  20. dibutuhkan kontrol diri dan empati untuk mengingat alasan marah anak dan mencoba untuk sportif tapi tegas terhadap anak.
  21. disiplin juga perlu diterapkan pada anak.
Luqman berkata : “ Wahai puteraku, janganlah kamu menghilangkan kemuraman wajahmu dengan masalah, janganlah kamu mengobati kemarahanmu dengan kekejamanmu  dan tahu dirilah, itu akan lebih bermanfaat bagi hidupmu”.
Luqman bwerkata : “ Wahai Puteraku, kuasailah marahmu dengan kelembutanmu, ketergesa-gesaanmu dengan ketenanganmu, hawa nafsumu dengan taqwamu, keraguanmu dengan keyakinanmu, kebathilanmu dengan kebaikanmu. Bersikaplah tenang pada saat genting, gembiralah di saat susah. Bersyukur pada saat lapang, khusyuk dalam shalat dan bersegera dalam menunaikan shadaqah.

  1. Orang tua dan keluarga tidak bertengkar di depan anak.
  2. Pada saat tepat berilah alternatif untuk menghilangkan kemarahan seperti beri kesempatan untuk bermain, menggambar bebas, atau bercerita dan orang tua bertindak sebagai pendengar aktif.
  3. Selalu menjaga hubungan harmonis dengan anak dan memberikan kebutuhan kasih sayang kepada anak.










 

Tugas

Tarbiyyatu Al-aulaad




“Ketika anak Marah “





Oleh

Ira Maya Sofa

BP. 0312136












Akademi Kependidikan Islam Adzkia
Pendidikan Guru Sekolah Islam Terpadu

Bukittinggi

2004 –2005

 

0 komentar:

Posting Komentar