A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Banyak aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak macamnya. Untuk itu penulis akan berusaha membahasnya dalam pokok bahasan “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar”
2. Permasalahan
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar?
B. Pembahasan
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan kepada tiga macam, yaitu:[1]
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat diklasifikasikan kepada: [2]
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua golongan, dengan catatan overlapping tetap ada, yaitu:
a. Faktor-faktor non-sosial
b. Faktor-faktor sosial
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
a. Faktor-faktor fisiologis
b. Faktor-faktor psikologis
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif extrinsic (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam sebaiknya seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dan orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang lebih high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan berprofesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat prose belajar mereka.[3]
1. Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa sangat dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makanan dan minuman dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.[4]
Keadaan tonus jasmani pada umumnya melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan, yaitu”:[5]
1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah dan sebagainya.
2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu, misalnya pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan sebagainya
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniyah siswa yang pada umumnya dipandang lebih essensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa dan motivasi siswa.[6]
1) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh tubuh manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negataf siswa terhadap guru dan mata pelajaran tertentu, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran tertentu, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
3) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut talented child, yaitu anak berbakat.
4) Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Rober, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
5) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok saja (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi terbagi dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut termasuk motivasi instrinsik. Termasuk motivasi ekstrinsi adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru.
2. Faktor eksternal siswa
Faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a. Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan, orang tua, dan keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar menjadi pendorong siswa. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang bersih dan rapi, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketenangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat menjadi pendorong dalam kegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers berpendapat bahwa belajar seperti pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Menurut penelitian beberapa ahli gaya belajar (learning style), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.[7]
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah:
a. Faktor internal siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal siswa yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
2. Kritik dan saran
Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca.
3. Referensi
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1
Suryabrata,Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, Cet. Ke-8
[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 130
[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. Ke-8, h. 233
[3] Muhibbin Syah, op. cit, h. 131
[4] Ibid.
[5] Sumadi Suryabrata, op. cit., h. 235
[6] Muhibbin Syah, op. cit, h. 132
[7] Ibid., h. 140
0 komentar:
Posting Komentar